Transformasi SM Entertainment dari Masa ke Masa

Transformasi SM Entertainment dari Masa ke Masa

SM Entertainment adalah perusahaan hiburan yang didirikan oleh Lee Soo-man pada 14 Februari 1989, awalnya sebagai SM Studio, sebelum bertransformasi menjadi raksasa K-pop yang kita kenal sekarang pada tahun 1995. Perusahaan ini telah melahirkan artis dan grup K-pop ikonik seperti H.O.T., S.E.S., TVXQ, Super Junior, Girls' Generation, EXO, dan NCT.

Apa itu SM Entertainment sebenarnya? Selain menjadi agensi SM Entertainment terkemuka, perusahaan ini juga merupakan pionir yang telah membentuk industri K-pop modern. Direktur SM Entertainment, Lee Soo-man, menciptakan sistem pelatihan unik yang terinspirasi dari Johnny Jimusho di Jepang. Pencapaian grup kpop SM Entertainment sungguh mengesankan - H.O.T. berhasil menjual lebih dari 6,4 juta rekaman di Korea Selatan, sementara TVXQ telah tampil di Tokyo Dome lebih dari 30 kali, sebuah prestasi luar biasa untuk artis Korea. Bahkan lagu "Sorry Sorry" dari Super Junior yang dirilis pada 2009 menjadi hit besar di seluruh Asia.

Perkembangan finansial perusahaan ini juga tak kalah mengesankan. Pada 2010, pendapatan SM Entertainment meningkat drastis sebesar 58%, mencapai 22,7 miliar KRW. Sejak itu, perusahaan terus berkembang dengan berbagai anak perusahaan seperti SM Culture & Contents (2012) dan ScreaM Records (2016). Selain itu, SM Entertainment telah menginvestasikan 200 miliar KRW untuk strategi ekspansi global, termasuk kemitraan di Asia Tenggara dan Amerika Serikat.

Awal Berdirinya SM Entertainment

Perjalanan besar selalu dimulai dari langkah pertama yang berani. Begitu pula kisah awal mula raksasa industri hiburan Korea Selatan yang kini dikenal dengan nama SM Entertainment.

Latar belakang Lee Soo-man

Lee Soo-man, pria kelahiran 18 Juni 1952, memiliki jalan hidup yang tidak biasa sebelum menjadi direktur SM Entertainment yang terkenal. Tidak banyak yang mengetahui bahwa sebelum mendirikan perusahaan hiburan, Lee memulai kariernya sebagai seorang penyanyi. Debutnya di dunia musik terjadi pada tahun 1972 sebagai anggota band "April and May (4월과 5월)". Namun, karena masalah kesehatan, ia terpaksa meninggalkan grup tersebut.

Meskipun demikian, semangat bermusiknya tidak pernah padam. Pada 1977, Lee Soo-man merilis album solo pertamanya. Selama awal 1980-an, ia terus aktif bermusik sebagai bagian dari beberapa grup, termasuk band indie "Sand Pebbles", trio "Masamtrio", dan band "Lee Soo-man and the 365 Days (이수만과 365일)". Kariernya sebagai musisi cukup menjanjikan, tetapi situasi politik Korea Selatan pada masa itu mengubah arah hidupnya.

Di bawah kepemimpinan Presiden Chun Doo Hwan, Korea Selatan memberlakukan kebijakan sensor media yang ketat. Hal tersebut membuat Lee Soo-man frustrasi dan akhirnya memutuskan untuk meninggalkan industri hiburan Korea. Ia kemudian pindah ke Amerika Serikat untuk melanjutkan pendidikan, mengambil gelar master di bidang teknik komputer di California State University, Northridge.

Selama tinggal di Amerika, Lee Soo-man menyaksikan fenomena Michael Jackson yang sedang mencapai puncak popularitasnya. Pemandangan ini menginspirasinya untuk membayangkan bagaimana musik pop Korea bisa ditransformasikan menjadi lebih modern. Dengan visi baru ini, ia kembali ke Korea Selatan pada tahun 1985 dan bekerja sebagai DJ dan presenter selama empat tahun untuk mengumpulkan pengalaman dan modal yang cukup.

Pendirian SM Studio dan transformasi menjadi SM Entertainment

Setelah mempersiapkan diri dengan matang, Lee Soo-man akhirnya mendirikan perusahaan hiburan bernama "SM Studio" pada tahun 1989 di kawasan Apgujeong, Seoul. Nama "SM" sendiri diambil dari inisial namanya - Soo-man. Perusahaan ini didirikan dengan modal awal yang bervariasi menurut berbagai sumber, ada yang menyebutkan 50 juta won dan ada pula yang menyebutkan 200 juta won.

Artis pertama yang dikontrak oleh SM Studio adalah penyanyi, penari, dan rapper bernama Hyun Jin-young, yang debut pada tahun 1990. Melalui Hyun Jin-young, Lee Soo-man memperkenalkan elemen musik hitam Amerika ke industri musik Korea, sebuah langkah yang cukup revolusioner pada masa itu.

Sepanjang dekade 1990-an, SM Studio mengembangkan sistem produksi "in-house" yang komprehensif. Sistem ini memungkinkan perusahaan untuk mengelola seluruh aspek karier artisnya, mulai dari konsep hingga produksi, semuanya tetap berada dalam kendali perusahaan. Pendekatan ini meletakkan fondasi penting bagi kesuksesan SM di masa depan.

Pada Februari 1995, SM Studio secara resmi berganti nama menjadi SM Entertainment dengan modal 50 juta won. Perusahaan ini juga menjadi perusahaan publik di tahun yang sama. Setahun kemudian, pada 1996, SM Entertainment meluncurkan grup idol pertamanya, H.O.T, yang sukses besar dan menjadi model formula untuk grup K-pop selanjutnya.

Dari titik ini, SM Entertainment berkembang pesat menjadi perusahaan multinasional yang beroperasi dalam berbagai bidang: label rekaman, agensi bakat, perusahaan produksi musik, manajemen acara, produksi konser, dan penerbit musik. Sistem pelatihan idola yang dikembangkan oleh SM Entertainment juga menjadi pendekatan terstruktur dalam mengembangkan bakat di bidang menyanyi, menari, dan tampil, yang kemudian menjadi cetak biru bagi agensi lain.

Fondasi kuat yang dibangun oleh Lee Soo-man melalui SM Studio dan transformasinya menjadi SM Entertainment telah menciptakan sebuah warisan yang tak ternilai bagi industri hiburan Korea. Perusahaan SM Entertainment adalah pionir yang membantu membentuk dasar-dasar K-pop modern seperti yang kita kenal saat ini.

Era Pertama: Munculnya Grup Kpop Generasi Awal

Kesuksesan besar SM Entertainment tidak bisa dipisahkan dari grup-grup generasi pertama yang menjadi pionir industri K-pop modern. Fondasi yang dibangun oleh Lee Soo-man melalui sistem pelatihan komprehensif terbukti efektif ketika ia mulai mendebutkan artis-artis yang kemudian menjadi legenda dalam sejarah musik Korea.

Debut H.O.T dan S.E.S

H.O.T (High-five Of Teenagers) debut pada tahun 1996 di bawah naungan agensi SM Entertainment dan sering dianggap sebagai boyband K-pop pertama. Grup yang beranggotakan Moon Hee Jun sebagai leader, Tony Ahn, Jang Woo Hyuk, Lee Jae Won, dan Kangta ini dibentuk khusus untuk target penggemar remaja. Proses pelatihan yang mereka jalani sangat ketat, tidak hanya meliputi keterampilan menyanyi dan menari, tetapi juga etika, sikap, bahasa, dan kemampuan menghadapi media.

Lagu "Candy" menjadi salah satu hits terbesar H.O.T, menampilkan bentuk musik pop yang lebih lembut dengan melodi ceria dan gerakan tari energik—sebuah formula yang kemudian diadopsi oleh banyak grup idol berikutnya. Kesuksesan mereka luar biasa, sampai-sampai banyak penggemar meniru gaya rambut dan fashion para anggotanya. Berbagai merchandise terkait grup, mulai dari permen hingga parfum, juga laris terjual.

Sebelum akhirnya bubar pada tahun 2001, H.O.T berhasil menjual lebih dari 6,4 juta album di Korea Selatan. Album pertama mereka, "We Hate All Kinds of Violence", terjual lebih dari 1,5 juta kopi, membuktikan bahwa grup idol di Korea Selatan memiliki masa depan yang cerah.

Menyusul kesuksesan H.O.T, SM Entertainment kemudian mendebutkan girlband pertamanya, S.E.S (Sea, Eugene, Shoo) pada November 1997. Mereka awalnya dianggap sebagai versi perempuan dari H.O.T. Bada (Sea) adalah anggota pertama yang ditemukan pada tahun 1996 ketika Lee Soo-man melihatnya bernyanyi di sekolah seni pertunjukannya. Eugene ditemukan melalui video yang dikirim dari Guam, sementara Shoo adalah satu-satunya anggota yang melalui proses audisi resmi.

S.E.S dengan cepat memulai pelatihan yang meliputi pelajaran vokal, tari, dan wawancara. Lagu "I'm Your Girl" dan "Oh, My Love!" menjadi hits besar bagi grup ini, menjadikan mereka salah satu grup terlaris di era awal K-pop. Meski bersaing ketat dengan grup-grup seperti Fin.KL dan Baby V.O.X, S.E.S tetap konsisten memiliki angka penjualan album yang tinggi hingga mereka bubar pada tahun 2002.

Peran Shinhwa dan BoA dalam membentuk fondasi K-pop

Shinhwa menjadi boyband ketiga yang didebutkan SM Entertainment pada 24 Maret 1998 dengan lagu "Resolver". Grup beranggotakan enam orang ini—Eric Mun, Lee Min Woo, Kim Dong Wan, Shin Hye Sung, Jun Jin, dan Andy Lee—memiliki tempat istimewa dalam sejarah K-pop karena beberapa alasan:

  1. Menjadi boy band dengan masa aktif terpanjang dalam sejarah K-pop

  2. Grup idol pertama yang tetap sukses setelah meninggalkan label asli mereka (kontrak dengan SM Entertainment berakhir pada 2003)

  3. Boy band pertama yang tidak bubar setelah anggotanya menjalani wajib militer

Namun, kontribusi terbesar dalam membawa K-pop ke panggung internasional datang dari BoA (Kwon Bo-ah), yang debut pada tahun 2000 di usia 13 tahun. Ditemukan oleh SM Entertainment pada usia 11 tahun saat menghadiri audisi kakaknya, BoA dikenal karena vokal yang kuat, kemampuan menari yang mengesankan, dan kemahirannya dalam berbagai bahasa.

BoA menjadi salah satu artis Korea pertama yang berhasil menembus pasar Jepang. Album Jepangnya, "Listen to My Heart" (2002), menjadikannya sebagai artis Korea pertama yang menempati posisi puncak tangga lagu Oricon di Jepang. Lagu "Every Heart" bahkan menjadi tema penutup untuk anime populer Inuyasha, semakin meningkatkan popularitasnya.

Keberhasilan BoA di Jepang membuka jalan bagi artis K-pop lainnya untuk go-international. Pada tahun 2008, ia juga mencoba memasuki pasar Amerika Serikat dengan single "Eat You Up" dan album berbahasa Inggris berjudul "BoA" pada tahun 2009. Meski kariernya di AS tidak setinggi di Asia, langkah berani ini menunjukkan ambisinya untuk memperluas jangkauan K-pop.

Era pertama K-pop yang dipelopori oleh artis-artis SM Entertainment ini meletakkan dasar bagi gelombang Hallyu (Korean Wave) yang kemudian menyapu Asia dan seluruh dunia. Formula sukses yang dikembangkan dalam era ini—kombinasi musik yang catchy, koreografi yang sinkron, visual yang menarik, dan pelatihan intensif—terus menjadi elemen kunci dalam industri K-pop hingga hari ini.

Era Kedua: Dominasi Hallyu Wave di Asia

Awal tahun 2000-an menjadi titik balik bagi industri hiburan Korea Selatan ketika fenomena "Hallyu Wave" atau Gelombang Korea mulai menyapu Asia. Istilah ini pertama kali muncul sekitar tahun 1996-1997 ketika media China mulai menayangkan lagu pop dan drama TV Korea. SM Entertainment sebagai agensi sm entertainment terkemuka memainkan peran krusial dalam menyebarkan pengaruh K-pop ke seluruh kawasan.

TVXQ dan Super Junior sebagai ikon regional

TVXQ (Tong Vfang Xien Qi) menandai awal era kedua K-pop ketika debut pada tahun 2003 dengan single "Hug" sebelum merilis album penuh pada 2004. Grup ini menjadi salah satu pionir grup kpop sm entertainment yang berhasil menembus pasar internasional, khususnya Jepang. Selama sepuluh tahun pertama karier mereka, TVXQ berhasil menjual lebih dari 10 juta album secara kumulatif di Korea Selatan dan Jepang.

Prestasi TVXQ sungguh mengesankan. Mereka telah tampil di Tokyo Dome, Jepang lebih dari 30 kali, venue yang sangat bergengsi bagi artis Korea. Bahkan, mereka mencetak rekor dunia pada 2008 ketika Guinness Book of World Records mencatat bahwa TVXQ memiliki fan club resmi terbesar di dunia dengan lebih dari 800.000 anggota.

Selanjutnya, pada tahun 2005, Super Junior debut sebagai boyband beranggotakan 12 orang. Grup ini kemudian mendapatkan julukan "Kings of the Hallyu Wave" (Raja Gelombang Korea) berkat kontribusi signifikan mereka terhadap penyebaran budaya Korea. Nama Super Junior mulai mendunia setelah merilis lagu "Sorry Sorry" pada 2009, yang menjadi hit besar di seluruh Asia.

Keberhasilan ini tidak terlepas dari strategi direktur sm entertainment, Kim Young-min yang menjadi CEO ketiga perusahaan pada 2005. Di bawah kepemimpinannya, beberapa artis didebutkan dengan pandangan untuk promosi di luar Korea Selatan.

Girls' Generation dan SHINee memperluas pengaruh

Pada Juli 2007, Girls' Generation (SNSD) debut sebagai grup beranggotakan sembilan orang dengan single "Into the New World", diikuti album studio pertama mereka pada November tahun yang sama. Mereka mendapat julukan "The Nation's Girl Group" (Grup Perempuan Nasional) dan mendapat penghargaan karena berhasil mengalihkan fokus publik kembali ke idol perempuan setelah industri musik Korea didominasi oleh grup idol laki-laki dari 2002 hingga 2007.

Awalnya, SNSD memiliki sembilan anggota: Taeyeon, Yuri, Hyoyeon, Sunny, Yoona, Tiffany, Jessica, Sooyoung dan Seohyun. Namun, pada September 2014, Jessica keluar dari SM Entertainment, membuat SNSD aktif dengan delapan member.

Tahun 2008 menandai debut SHINee, boyband beranggotakan lima orang, dengan extended play Replay. Grup ini dianggap oleh banyak orang sebagai salah satu penyanyi dan penari terbaik di industri K-pop dan mendapat julukan "Princes of K-pop" (Pangeran K-pop) dari berbagai media.

SHINee dikenal karena gaya musikal khas mereka, yaitu R&B kontemporer, meskipun grup ini juga dikenal dengan sound eksperimental mereka yang menggabungkan berbagai genre termasuk funk rock, hip hop, dan EDM. Mereka juga memenangkan penghargaan "Best Dance Performance Award" di Mnet Asian Music Awards tiga kali berturut-turut untuk penampilan tari mereka dalam lagu "Sherlock (Clue + Note)", "Dream Girl", dan "View".

Pada pertengahan 2011, SHINee melakukan debut di Jepang dengan versi Jepang dari single "Replay" yang terjual lebih dari 100.000 kopi. Ini merupakan rekor penjualan tertinggi untuk single debut Jepang yang dicatat oleh Oricon untuk grup Korea Selatan saat itu.

Kesuksesan besar grup kpop sm entertainment di era kedua ini membuka pintu bagi ekspansi lebih lanjut ke pasar Asia dan global. Penjualan SM Entertainment pada tahun 2012 mencatat bahwa 43,7% berasal dari pasar internasional, dengan 80 hingga 90% dari Jepang, menunjukkan betapa kuatnya dominasi mereka di kawasan Asia.

Era Ketiga: Globalisasi dan Inovasi Model Grup

Memasuki dekade 2010-an, SM Entertainment memulai era baru dengan strategi globalisasi yang lebih agresif dan model grup yang inovatif. Perusahaan ini tidak lagi puas hanya mendominasi pasar Asia, namun bertekad menjangkau pasar global dengan pendekatan yang belum pernah ada sebelumnya.

Debut EXO dan f(x)

Sebelum EXO, SM Entertainment telah meletakkan dasar inovasi melalui f(x) yang debut pada September 2009 dengan single digital "La Cha Ta". Girl group yang terdiri dari Victoria, Amber, Luna, Krystal, dan Sulli (yang kemudian keluar pada Agustus 2015) ini dikenal dengan sound electropop eklektik mereka. f(x) menorehkan sejarah sebagai salah satu grup K-pop pertama yang dikenal secara internasional dan menjadi grup K-pop pertama yang tampil di festival SXSW di Austin, Texas pada Maret 2013.

Selama kunjungan mereka ke AS, f(x) bahkan berkolaborasi dengan aktris Anna Kendrick untuk komedi pendek Funny Or Die. Prestasi mereka juga diakui di Korea dengan menerima penghargaan Digital Bonsang di Golden Disk Awards dan Seoul Music Awards, serta "MBC Music Star Award" di Melon Music Awards.

Pada tahun 2012, SM Entertainment menciptakan gebrakan baru dengan mendebutkan EXO, boyband skala besar yang dipecah menjadi dua unit untuk mempromosikan musik secara bersamaan di Korea dan China. EXO awalnya terdiri dari dua belas anggota yang dibagi menjadi EXO-K (mempromosikan dalam bahasa Korea) dan EXO-M (mempromosikan dalam bahasa Mandarin).

EXO merilis single debut "Mama" pada 8 April 2012, diikuti mini album dengan judul sama keesokan harinya. Album studio pertama mereka, XOXO, dirilis pada 3 Juni 2013 dalam versi Korea dan China. Album ini, termasuk versi repackage-nya yang berjudul "Growl", secara kumulatif menjual lebih dari 1 juta kopi, menjadikan EXO sebagai artis pertama yang mencapai prestasi ini dalam lebih dari 12 tahun.

Kesuksesan EXO berlanjut dengan pengakuan global sebagai "K-POP King" sejati. Mereka membuka kembali era di mana penggemar K-POP global mengakui kemampuan mereka untuk meraih penjualan album musik besar hingga satu juta, setelah 12 tahun, dengan spektrum dan konsep musik pertama mereka.

Konsep NCT dan ekspansi ke pasar global

Pada Januari 2016, pendiri SM Entertainment Lee Soo-man mengadakan konferensi di SM Coex Artium untuk mengumumkan rencana grup baru, NCT, singkatan dari Neo Culture Technology, dengan konsep "anggota tidak terbatas". NCT memiliki model yang sepenuhnya baru dan revolusioner dalam dunia K-pop.

NCT berdiri untuk 'Neo Culture Technology', sebuah grup dengan konsep di mana 'keterbukaan' dan 'kemampuan ekspansi' menjadi poin utama dengan perekrutan anggota baru yang liberal dan tidak ada batasan jumlah anggota. Konsep ini memungkinkan anggota untuk bergabung dan membentuk unit baru berdasarkan region atau konsep tertentu.

Sub-unit pertama, NCT U, merilis dua single debut pada April 2016. Setelah itu, NCT berkembang menjadi beberapa unit lainnya:

  • NCT 127: Debut Juli 2016, berbasis di Seoul (127 adalah koordinat longitudinal Seoul)

  • NCT Dream: Debut Agustus 2016, awalnya untuk anggota remaja

  • WayV: Debut Januari 2019, unit berbasis China yang dikelola oleh sub-label Label V

Strategi multikultural NCT terbukti sukses. NCT 127 telah menjadi bintang global dengan lagu hit seperti "Kick It," "Sticker," dan "Cherry Bomb" yang populer di Korea, Asia, Amerika Serikat, dan Eropa. Album reguler ketiga mereka dengan judul "Sticker" menjadi triple million seller dengan penjualan 3,64 juta album dan mencatatkan rekor masuk peringkat 3 di Billboard 200.

NCT Dream juga mencapai kesuksesan besar dengan lagu-lagu hit seperti "Glitch Mode," "Hot Sauce," dan "Beatbox," bahkan tampil dalam konser solo kedua mereka di stadion utama Jamsil, venue pertunjukan terbesar Korea, dua kali pada November 2022.

Sementara itu, WayV debut dengan gemilang di China pada Januari 2019 dengan album berjudul "Regular". Mereka berhasil meraih peringkat pertama di chart album teratas iTunes di 30 lokasi di seluruh dunia dengan mini album pertama mereka, "Take Off" pada 2019.

Melalui model-model grup inovatif ini, SM Entertainment telah memantapkan posisinya sebagai agensi sm entertainment terkemuka yang terus berinovasi dalam industri K-pop global, membuktikan bahwa perusahaan sm entertainment selalu berada di garis depan dalam evolusi industri hiburan Korea.

Inovasi Teknologi dan Konten Digital

Tidak hanya berinovasi dalam model grup, SM Entertainment juga menjadi pionir dalam teknologi dan konten digital di industri K-pop. Inovasi-inovasi ini telah mengubah cara penggemar menikmati musik dan berinteraksi dengan idola mereka.

SM Station dan ScreaM Records

Pada Februari 2016, SM Entertainment meluncurkan proyek musik digital bernama SM Station. Proyek ini dirancang untuk mengeluarkan sebuah karya baru setiap minggunya dengan menampilkan artis yang berbeda selama satu tahun. SM Station diumumkan langsung oleh Lee Soo-man selama jumpa pers pada 27 Januari 2016 sebagai bagian dari proyek besar "New Culture Technology". Tujuannya untuk menampilkan para produser dan artis dari agensi SM Entertainment, serta menyuguhkan kolaborasi bersama artis dari luar label.

Pada tahun yang sama, perusahaan SM Entertainment juga memperkenalkan ScreaM Records, sebuah label EDM, dalam acara presentasi SMTOWN: New Culture Technology. Label ini diciptakan untuk memperluas konsep dari "melihat dan mendengarkan pertunjukan" menjadi "menikmati pertunjukan bersama". Ide di balik pembuatan label ini berasal dari Lee Seo-kyung, mantan karyawan SM A&R, yang sebelumnya mengerjakan lagu "View" (2015) milik Shinee dan "4 Walls" (2015) F(x), yang pertama kali memasukkan lagu-lagu bergenre deep house ke dalam K-pop.

Beyond LIVE dan konser virtual

Sementara itu, Beyond LIVE hadir sebagai layanan streaming konser online pertama di dunia yang dipresentasikan oleh SM Entertainment bersama Naver. Platform ini mengoptimalkan format online dengan menampilkan panggung dinamis yang menggabungkan teknologi AR canggih, grafik 3D real-time, dan komunikasi interaktif antara artis dan penggemar global melalui panggilan video langsung.

Konser live pertama Beyond LIVE diadakan pada 26 April 2020 dengan grup SuperM dan berhasil menjual lebih dari 75.000 tiket virtual, menjangkau penonton dari 109 negara. Menariknya, platform ini juga menawarkan layanan Sync Play yang menyinkronkan fanlight dengan konser streaming secara real-time, menghubungkan pengalaman online dan offline.

SMCU dan avatar virtual aespa

Inovasi paling revolusioner dari direktur SM Entertainment Lee Soo-man adalah pengenalan SM Culture Universe (SMCU) dan konsep avatar virtual. Pada Oktober 2020, SM memperkenalkan grup perempuan aespa, di mana keempat anggotanya memiliki rekan virtual "ae" masing-masing.

Nama aespa merupakan gabungan dari "æ" (Avatar X Experience) dan "aspect", mengekspresikan pengalaman dua sisi. Para anggota dunia nyata dan avatar virtual saling berinteraksi, berempati, dan tumbuh bersama dalam dunia digital. Avatar ini diciptakan dari semua data yang diunggah anggota grup ke internet, menjadikannya cerminan dari diri mereka di dunia maya.

Dalam universe SMCU, avatar dan anggota nyata terhubung melalui SYNK, seperti koneksi internet. Konsep ini menghadirkan alegori tentang diri offline versus online kita dalam era digital, dengan lirik pertama lagu debut mereka "Black Mamba" yang berbunyi "I'm addicted".

Melalui inovasi teknologi dan konten digital, SM Entertainment adalah perusahaan yang terus mendorong batas-batas industri K-pop, membuktikan bahwa mereka tidak hanya pemimpin dalam musik tetapi juga dalam teknologi entertainment.

Diversifikasi Bisnis SM Entertainment

Selain menguasai industri musik, SM Entertainment adalah perusahaan yang cerdas dalam mendiversifikasi bisnisnya ke berbagai sektor. Strategi ini tidak hanya memperkuat fondasi finansial perusahaan tetapi juga memperluas pengaruh budaya Korea ke berbagai aspek kehidupan.

SM C&C dan produksi konten

SM Culture & Contents (SM C&C) beroperasi sebagai agensi talent, perusahaan produksi konten televisi, produksi teater, dan perusahaan travel di bawah SM Studios. Pada tahun 2012, SM C&C mengumumkan merger dengan AM Entertainment untuk memperluas bisnis video dan manajemen aktor yang menargetkan pasar Asia. Kemudian pada Maret 2013, mereka melakukan penyerapan dan merger dengan Hoon Media dengan rasio 1 banding 5,2433197 untuk meningkatkan efisiensi manajemen.

Agensi SM Entertainment ini berkomitmen menciptakan konten yang unggul dalam kualitas dan daya jual untuk memenuhi permintaan global yang semakin meningkat terhadap konten budaya Korea. Selain itu, perusahaan SM Entertainment juga berencana untuk melakukan bisnis konten video global secara sungguh-sungguh melalui akuisisi berbagai perusahaan produksi.

Restoran SMT House dan bisnis F&B

SMT House (juga dikenal sebagai SMT Seoul) adalah restoran lima lantai di Cheongdam-dong, Gangnam-gu, Seoul, yang dimiliki oleh SM F&B Development, anak perusahaan SM Entertainment. Dibuka pada 21 Januari 2016, ini menandai usaha ketiga direktur SM Entertainment Lee Soo-man dalam memasuki bisnis kuliner.

Setiap lantai memiliki konsep unik; lantai pertama dan kedua bernama "The Playground" beroperasi sebagai kafe di pagi hari dan restoran tapas di malam hari. Lantai tiga dan empat, "The Penthouse", menawarkan menu kursus Seoul Style Tapas dengan sistem reservasi. Kemudian, lantai lima terdiri dari "Vertical Garden" yang memberikan suasana santai di tengah kota.

Bahkan, SMT Seoul sering dikunjungi oleh para artis SM Entertainment, termasuk anggota EXO dan NCT. Perusahaan juga berencana membuka cabang di Tokyo dan Los Angeles.

SM Institute dan edukasi K-pop

SM Institute (SMI) adalah institusi pendidikan seni internasional yang berlokasi di Distrik Jung, Seoul, didirikan pada 2021 melalui nota kesepahaman antara SM Entertainment dan Jongro Haneul Education. Institusi ini menyediakan program akademis untuk mengembangkan bakat berdasarkan K-pop dan K-culture.

SMI dilengkapi dengan kurikulum pendidikan bahasa (Korea, Inggris, Mandarin, dan Jepang) untuk pelajar domestik dan internasional. Selain itu, ESteem, spesialis dalam manajemen model dan entertainer, juga berpartisipasi dalam pendirian dan operasi SMI.

Choi Jin Young, presiden SMI, menyatakan bahwa institusi ini akan memanfaatkan pembelajaran online dan jadwal pendidikan khusus sehingga para calon bintang tidak perlu mengorbankan pendidikan mereka. SMI juga berencana membuka cabang internasional dengan lokasi pertama di Los Angeles.

Tantangan dan Kontroversi yang Dihadapi

Di balik kilau kesuksesan, SM Entertainment adalah perusahaan yang menghadapi berbagai tantangan dan kontroversi yang signifikan sepanjang sejarahnya. Perjalanan menuju puncak industri K-pop tidak selalu mulus bagi raksasa hiburan ini.

Sengketa kontrak dengan artis

Sengketa kontrak menjadi salah satu isu paling menonjol yang dihadapi agensi SM Entertainment. Pada 2009, tiga anggota TVXQ—Kim Jae-joong, Park Yoo-chun, dan Kim Jun-su—menggugat SM atas "kontrak perbudakan" yang berlangsung lebih dari 10 tahun. Meskipun mereka sebagian memenangkan gugatan dan kemudian tampil sebagai JYJ, trio ini mengalami kesulitan tampil di jaringan TV utama karena SM diduga melobi stasiun penyiaran untuk tidak menampilkan mereka.

Kasus serupa terjadi ketika anggota EXO asal China—Kris dan Luhan—mengajukan gugatan terpisah pada 2014 dengan alasan distribusi pendapatan yang tidak adil, jadwal ketat, dan pelanggaran privasi. Baru-baru ini, pada Juni 2023, tiga anggota EXO—Baekhyun, Chen, dan Xiumin—juga mengajukan gugatan antitrust terhadap SM, mengutip ketidaktransparanan dalam penyelesaian keuangan. Namun, kedua pihak akhirnya mencapai kesepakatan.

Kritik terhadap sistem trainee

Sistem pelatihan ketat perusahaan SM Entertainment juga menuai kritik. Para trainee diharapkan berlatih hingga 17 jam per hari selama bertahun-tahun tanpa jaminan debut. Beberapa mantan trainee mengungkapkan bahwa mereka dipaksa menjalani operasi kelopak mata (blefaroplasti) dan hidung (rinoplasti) untuk memenuhi standar kecantikan Korea.

Anggota EXO mengakui bahwa mereka tidak diberi cukup makanan selama masa pelatihan, dan Lay sering menggunakan uang sakunya sendiri untuk memastikan semua orang makan. Lay hampir dikeluarkan dari perusahaan karena berkelahi memperebutkan sebungkus nasi, menunjukkan betapa putus asanya situasi mereka.

Persaingan dengan agensi lain seperti HYBE

Pada Februari 2023, HYBE (agensi BTS) membeli saham 14,8% di SM Entertainment dari pendiri Lee Soo-man, menjadikannya pemegang saham tunggal terbesar. Akibatnya, terjadi perang terbuka antara kedua perusahaan hiburan terbesar Korea.

CFO SM, Jang Cheol Hyuk, menyebut ini sebagai "upaya pengambilalihan bermusuhan" dan memperingatkan bahwa jika HYBE sepenuhnya mengendalikan SM, mereka akan menguasai dua pertiga pasar musik pop Korea Selatan. Sementara itu, Kakao memasuki persaingan dengan penawaran yang lebih tinggi untuk saham SM.

Pada akhirnya, HYBE mengumumkan penghentian proses akuisisi pada 12 Maret 2023 setelah mengamati "pasar menunjukkan tanda-tanda kepanasan akibat persaingan". Keputusan ini efektif memberikan Kakao kendali manajemen di SM, meninggalkan HYBE dengan kesepakatan tidak spesifik untuk bekerja sama dengan SM yang dikendalikan Kakao dalam bisnis 'platform' online.

FAQS

Pertanyaan yang sering muncul tentang raksasa hiburan Korea ini terus bertambah seiring makin globalnya jangkauan mereka. Berikut adalah jawaban untuk beberapa pertanyaan umum yang mungkin Anda miliki tentang SM Entertainment.

  1. Apa arti nama SM Entertainment? Nama "SM" diambil dari inisial pendirinya, Lee Soo-man. Meskipun sekarang dikenal sebagai agensi besar, perusahaan ini awalnya bernama SM Studio sebelum bertransformasi menjadi SM Entertainment pada tahun 1995.
  2. Grup K-pop apa saja yang berada di bawah SM Entertainment? Hingga tahun 2025, grup kpop SM Entertainment termasuk NCT dengan berbagai sub-unitnya (NCT 127, NCT Dream, WayV), aespa, EXO, Red Velvet, SHINee, Super Junior, Girls' Generation, dan TVXQ. Beberapa grup senior seperti H.O.T dan S.E.S telah bubar, namun meninggalkan warisan penting dalam sejarah K-pop.
  3. Bagaimana saya bisa menjadi anggota klub penggemar resmi SM Entertainment? Untuk bergabung dengan keanggotaan resmi, Anda dapat mendaftar melalui aplikasi SMTOWN. Setelah login, Anda bisa mengatur artis favorit dan menerima pemberitahuan jadwal khusus untuk artis tertentu.
  4. Apakah SM Entertainment menerima trainee internasional? Ya, agensi SM Entertainment telah menerima trainee dari berbagai negara, termasuk Jepang, China, Thailand, Amerika Serikat, dan Kanada. Bahkan SMI (SM Institute) menyediakan program pendidikan dengan kurikulum bahasa (Korea, Inggris, Mandarin, dan Jepang) untuk pelajar internasional.
  5. Siapa direktur SM Entertainment saat ini? Setelah perubahan kepemilikan pada Maret 2023 ketika Kakao mendapatkan kendali manajemen, struktur kepemimpinan SM Entertainment mengalami beberapa perubahan. Namun, Lee Sung-soo dan Tak Young-jun tetap menjabat sebagai co-CEO perusahaan.
  6. Apa yang membedakan SM Entertainment dari agensi K-pop lainnya? SM Entertainment adalah pelopor sistem pelatihan komprehensif yang kini menjadi standar industri. Selain itu, pendekatan inovatif mereka terhadap teknologi (seperti SMCU dan avatar virtual aespa), model grup fleksibel (seperti NCT), dan strategi globalisasi yang agresif membedakan mereka dari kompetitor.
  7. Apa layanan KWANGYA 119? KWANGYA 119 adalah layanan pertama di industri yang diluncurkan oleh perusahaan SM Entertainment untuk melindungi hak artis dan memfasilitasi komunikasi langsung dengan penggemar. Melalui platform ini, penggemar dapat melaporkan masalah seperti informasi palsu, fitnah, diskriminasi penampilan, dan pelecehan seksual terhadap artis.
  8. Bagaimana cara mengikuti audisi SM Entertainment? SM Entertainment mengadakan berbagai jenis audisi, termasuk audisi global, audisi mingguan, dan audisi online. Untuk audisi online, Anda perlu mengirimkan email dengan informasi seperti nama, jenis kelamin, kategori yang dilamar, tanggal lahir, sekolah, informasi kontak, foto, dan video.
  9. Apa yang dicari SM Entertainment dalam audisi? SM Entertainment mencari bakat dalam bernyanyi, menari, akting, dan modeling. Mereka juga sangat memperhatikan penampilan fisik yang sesuai dengan standar kecantikan Korea. Kemampuan berbahasa asing seperti Korea, Inggris, Jepang, dan Mandarin juga bisa menjadi nilai tambah.
  10. Apakah SM Entertainment menerima trainee dari luar negeri? Ya, SM Entertainment menerima trainee dari berbagai negara, terutama dari negara-negara Asia Timur seperti Jepang dan Cina. Mereka juga terbuka terhadap calon trainee dari negara lain selama memiliki bakat dan penampilan yang sesuai dengan standar mereka.
  11. Berapa lama proses pelatihan di SM Entertainment? Durasi pelatihan bervariasi tergantung pada perkembangan trainee, tetapi biasanya berlangsung selama beberapa tahun. Beberapa trainee bisa menjalani pelatihan hingga 5-7 tahun sebelum debut.
  12. Apa saja aturan yang harus dipatuhi oleh trainee SM Entertainment? Trainee SM Entertainment harus mematuhi aturan ketat, termasuk larangan merokok, minum alkohol, dan berkencan. Mereka juga harus mengikuti jadwal pelatihan yang padat dan menjaga penampilan fisik mereka.
  13. Apakah trainee SM Entertainment masih bersekolah? Ya, trainee SM Entertainment masih melanjutkan pendidikan mereka. Mereka biasanya bersekolah di pagi hari dan menjalani pelatihan di sore dan malam hari.
  14. Bagaimana sistem pelatihan di SM Entertainment? SM Entertainment memiliki sistem pelatihan komprehensif yang mencakup vokal, tari, akting, modeling, dan pelatihan bahasa. Mereka juga menggunakan teknologi terbaru dalam proses pelatihan mereka.
  15. Apakah SM Entertainment membayar biaya pelatihan trainee? SM Entertainment umumnya menanggung sebagian besar biaya pelatihan, termasuk biaya pelajaran dan akomodasi. Namun, trainee mungkin harus membayar kembali biaya ini jika mereka memutuskan untuk meninggalkan perusahaan sebelum debut.
  16. Bagaimana cara SM Entertainment memilih anggota untuk debut dalam grup? Proses pemilihan anggota untuk debut melibatkan evaluasi berkala terhadap kemampuan trainee, penampilan mereka, dan kesesuaian mereka dengan konsep grup yang direncanakan.
  17. Apakah SM Entertainment masih menggunakan sistem "Culture Technology"? Ya, SM Entertainment masih menerapkan sistem "Culture Technology" yang dikembangkan oleh pendiri mereka, Lee Soo-man. Sistem ini melibatkan pendekatan sistematis dalam pengembangan dan promosi artis.
  18. Bagaimana SM Entertainment beradaptasi dengan era digital? SM Entertainment telah mengadopsi berbagai inovasi teknologi, termasuk platform konser virtual Beyond LIVE, pengembangan avatar virtual untuk grup seperti aespa, dan eksplorasi teknologi AI dan metaverse.
  19. Apa saja tantangan terbesar yang dihadapi SM Entertainment saat ini? Beberapa tantangan utama termasuk persaingan ketat dengan agensi lain, kritik terhadap sistem trainee, dan adaptasi terhadap perubahan cepat dalam industri musik global.
  20. Bagaimana SM Entertainment memperluas bisnisnya di luar industri musik? SM Entertainment telah melakukan diversifikasi bisnis ke berbagai sektor, termasuk produksi konten melalui SM C&C, bisnis makanan dan minuman melalui SMT House, dan pendidikan melalui SM Institute.
  21. Apakah SM Entertainment berencana untuk membentuk grup baru dalam waktu dekat? Meskipun SM Entertainment terus mengembangkan trainee baru, tidak ada informasi pasti mengenai rencana debut grup baru dalam waktu dekat. Keputusan ini biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor industri dan strategi perusahaan.
  22. Bagaimana cara SM Entertainment mempertahankan posisinya sebagai salah satu agensi terkemuka di industri K-pop? SM Entertainment terus berinovasi dalam produksi musik, pengembangan artis, dan ekspansi global. Mereka juga berinvestasi dalam teknologi baru dan diversifikasi bisnis untuk memperkuat posisi mereka di industri hiburan.

Close