Sunmi: Ratu Konsep Retro Seksi
.gif)
Sunmi, penyanyi Korea Selatan yang lahir pada 2 Mei 1992, telah mengukir nama sebagai salah satu ikon terkuat di industri K-pop. Memulai kariernya pada 2007 sebagai anggota Wonder Girls, Sunmi kemudian berani mengambil langkah untuk mengejar pendidikannya dengan meninggalkan grup pada Januari 2010. Keputusan ini ternyata menjadi titik balik yang menentukan dalam perjalanan musiknya.
Pada Agustus 2013, Sunmi kembali ke panggung musik sebagai artis solo dengan single debutnya "24 Hours". Namun, pencapaian terbesarnya datang pada 2017 ketika lagu "Gashina" memuncaki tangga lagu dan terjual lebih dari 1,116,093 unduhan di Korea Selatan. Sementara itu, penampilan panggung yang memukau dan gaya uniknya telah mengantarkannya pada julukan "Ratu Konsep Retro Seksi" di kalangan penggemar. Sunmi sexy bukan hanya tentang penampilannya, tetapi juga tentang kepercayaan diri dan ekspresi artistiknya yang berani. Dari member Wonder Girls hingga menjadi solois ternama dengan lagu-lagu Sunmi yang ikonik, perjalanannya penuh dengan pencapaian luar biasa, termasuk berbagai penghargaan prestisius dan tur dunia "Warning" yang sukses pada 2019.
Profil Singkat Sunmi
Nama asli, tanggal lahir, dan latar belakang keluarga
Lee Sun-mi, yang dikenal dengan nama panggung Sunmi, memiliki cerita nama yang unik. Ia lahir dengan nama Sun Mi, namun kemudian mengadopsi nama keluarga ayah tirinya saat berkuliah dan menggabungkan nama depan dan nama keluarga aslinya menjadi Lee Sun-mi. Dibalik sosoknya yang kini bersinar di dunia hiburan Korea, ternyata tersimpan kisah perjuangan yang menyentuh hati.
Sunmi tumbuh dalam keluarga yang menghadapi berbagai tantangan. Ayah biologisnya menderita sakit parah sejak Sunmi kecil, dan ia bersama adiknya harus menjadi pengasuh ayahnya selama bertahun-tahun. Sayangnya, ayahnya meninggal dunia tak lama sebelum debutnya bersama Wonder Girls—sebuah kehilangan yang meninggalkan luka mendalam baginya.
"Saya pindah ke Seoul untuk mencoba mendukung keluarga saya, tetapi saya merasa sangat bersalah karena tidak bisa berada di sana pada momen penting yang tidak akan pernah terjadi lagi," ungkapnya dengan penuh emosi. Sebelum meninggal, ayahnya sempat meninggalkan sepucuk surat yang berisi: "Tolong lahirlah sebagai putriku di kehidupan kita berikutnya juga".
Saat ini, keluarga Sunmi terdiri dari ibunya, ayah tiri, dan dua adik laki-laki yang sangat ia sayangi. Mengenai adik-adiknya, Sunmi pernah memuji mereka karena tidak pernah memberitahu orang-orang di sekitar mereka bahwa Sunmi adalah kakak mereka demi melindungi karier sang kakak. Meskipun tidak memiliki hubungan darah dengan ayah tirinya, Sunmi sangat berterima kasih kepadanya karena telah membesarkan ketiga bersaudara dengan baik.
Pendidikan dan awal ketertarikan pada musik
Dalam hal pendidikan, perjalanan Sunmi cukup beragam. Ia menempuh pendidikan di SD Hwangnam, dilanjutkan ke SMP Chung Dam dan SMA Chung Dam. Setelah lulus, ia melanjutkan pendidikannya di Universitas Dongguk dengan mengambil jurusan teater musikal.
Sunmi mulai tertarik menjadi selebriti ketika berusia 12 tahun—sebuah keputusan yang dipicu oleh situasi keluarganya. Saat ayahnya dirawat di rumah sakit karena komplikasi tuberkulosis paru, ia terinspirasi oleh BoA yang debut di usia 13 tahun. Baginya, menjadi selebriti adalah "cara tercepat untuk menghasilkan uang" guna merawat ibu dan kedua adik laki-lakinya.
Dengan tekad kuat, Sunmi pergi ke Seoul untuk mengikuti audisi dan berhasil menjadi trainee di JYP Entertainment saat berusia 14 tahun. Meskipun kehilangan ayahnya tiga bulan sebelum debutnya bersama Wonder Girls, Sunmi tetap berjuang dan akhirnya berhasil debut bersama grup tersebut pada tahun 2007 saat usianya baru 15 tahun.
Perjalanan Sunmi menunjukkan bahwa di balik gemerlap dunia K-pop, terdapat perjuangan dan pengorbanan besar. Meski menghadapi kesedihan dan tantangan hidup, ia berhasil mentransformasi dirinya dari seorang gadis kecil dari Iksan menjadi salah satu penyanyi solo terkemuka di Korea Selatan.
Perjalanan Awal: Dari Trainee ke Wonder Girls
Audisi dan bergabung dengan JYP Entertainment
Perjalanan Sunmi dalam dunia K-pop dimulai dengan kejutan. Meskipun awalnya mengikuti audisi untuk SM Entertainment karena mengagumi BoA, takdir membawanya ke arah berbeda. Seorang karyawan SM yang akan pindah ke JYP Entertainment merekrutnya dan menyarankan untuk mencoba audisi di agensi tersebut. "Saya berada di tahap di mana mereka memutuskan apakah saya akan menjadi trainee atau tidak. Tetapi kemudian, salah satu karyawan SM yang pindah ke JYP bertanya, 'Apakah kamu mau mencoba audisi untuk JYP?' Jadi saya pergi ke audisi, dan saya langsung lulus," kenang Sunmi.
Pada usia 13 tahun, Sunmi rela menempuh perjalanan bus sendirian selama hampir 5 jam ke Seoul demi mengikuti audisi JYP. Keputusan berani ini didorong oleh situasi keluarganya yang sulit setelah ayahnya dirawat di rumah sakit. Ia menjadi trainee di JYP Entertainment pada usia 14 tahun dan hanya menjalani masa pelatihan selama sekitar satu tahun sebelum akhirnya debut.
Selama masa pelatihan, Park Jin Young, pendiri JYP Entertainment, sempat memberikan nama panggung "Berry" untuk Sunmi—sama seperti yang ia lakukan untuk Rain. Anggota Wonder Girls lainnya juga mendapat nama panggung unik: Sohee sebagai "Icy" dan Yeeun sebagai "Silver" karena kata "eun" dalam bahasa Korea berarti "perak". Untungnya, karyawan lain di agensi menentang nama-nama tersebut sehingga para anggota tetap menggunakan nama asli mereka.
Debut bersama Wonder Girls dan kesuksesan awal
Setelah persiapan yang matang, Park Jin Young mengumumkan nama grup perempuan pertama agensinya, Wonder Girls, pada Mei 2006. Grup ini kemudian diperkenalkan melalui program TV berjudul "MTV Wonder Girls". Empat episode pertama acara tersebut menguraikan karakteristik dan profil masing-masing anggota. Sunmi bersama empat anggota lainnya menggelar showcase pertama mereka di MTV Studio, menampilkan lagu "Don't Cha" dari Pussycat Dolls serta lagu-lagu original termasuk "Irony" dan "It's Not Love".
Wonder Girls resmi debut pada 10 Februari 2007 di acara MBC "Show! Music Core" dengan membawakan lagu "Irony", single hip-hop dari mini album debut mereka, "The Wonder Begins". Mini album ini berhasil terjual sebanyak 11.454 kopi fisik pada tahun 2007. Kemudian, "Wonderfuls", nama resmi fanclub Wonder Girls pun dibentuk.
Grup ini dengan cepat melambung popularitasnya berkat hits-hits mereka:
"Tell Me" yang koreografinya begitu populer hingga disebut sebagai "Tell Me Virus"
"So Hot" yang mendominasi tangga lagu Korea
"Nobody" yang menjadi lagu nomor satu di Korea Selatan dan Thailand
Dua tahun setelah debut, Wonder Girls mencatat sejarah sebagai grup K-pop pertama yang masuk ke Billboard Hot 100 dengan single "Nobody", yang mencapai posisi ke-76. Prestasi ini membuka jalan bagi mereka untuk melakukan tur di Amerika Utara bersama Jonas Brothers pada World Tour 2009.
Sayangnya, di tengah kesuksesan ini, ayah Sunmi meninggal dunia tiga bulan sebelum debutnya bersama Wonder Girls—sebuah kehilangan yang membekas dalam hatinya. Namun demikian, Sunmi tetap profesional dan berdedikasi pada kariernya, membuktikan tekad kuatnya untuk menghidupi keluarganya.
Perjalanan awal Sunmi bersama Wonder Girls memberikannya pengalaman berharga, termasuk kesempatan untuk mengunjungi berbagai negara dan mempelajari industri musik Amerika Serikat—pengalaman yang kelak memengaruhi gaya musiknya sebagai solois.
Hiatus dan Fokus Pendidikan
Pada puncak popularitas Wonder Girls, keputusan mengejutkan datang dari salah satu anggotanya. Januari 2010 menjadi titik balik penting dalam perjalanan karier Sunmi ketika JYP Entertainment mengumumkan bahwa ia akan menunda karier musikalnya untuk mengejar pendidikan.
Alasan meninggalkan Wonder Girls
Di balik keputusan mengejutkan tersebut, terdapat alasan mendalam yang akhirnya diungkapkan Sunmi beberapa tahun kemudian. Dalam acara "Knowing Bros", Sunmi mengakui bahwa rutinitas sebagai idol membuatnya kehilangan passion. "Itu adalah kehidupan yang sangat sibuk. Saya juga terbiasa mendapat banyak cinta dan perhatian dari penggemar. Tetapi yang terburuk adalah semuanya hanya rutinitas. Gaya hidup saya sangat mekanis dan setelah beberapa waktu, tidak ada lagi hati yang saya curahkan dalam apa yang saya lakukan," ungkapnya.
Lebih lanjut, Sunmi menjelaskan, "Dari suatu titik, saya merasa intensi awal saya mulai menjadi tumpul dan tubuh saya naik ke atas panggung seperti mesin. Pada satu waktu, saya biasa naik ke atas panggung dengan hati yang penuh rasa syukur tetapi emosi saya mulai menjadi tumpul. Saya merasa bersalah kepada semua penggemar yang datang menonton konser kami dan sulit melihat kerendahan hati saya menghilang,".
Meskipun keputusan tersebut tidak mudah, Sunmi merasa jika ia terus menjalani kehidupan mekanis di usia muda, kariernya tidak akan bertahan lama. "Jika saya merasakan itu di usia muda, saya punya firasat bahwa karier saya tidak akan berjalan sangat jauh dalam jangka panjang. Itulah mengapa saya membutuhkan waktu sendiri untuk merefleksikan dan memikirkan apa yang benar-benar ingin saya lakukan," jelasnya.
Setelah menyelesaikan jadwal hingga Februari 2010, Sunmi resmi meninggalkan Wonder Girls. Ia kembali ke Korea pada Maret untuk mempersiapkan masuk kuliah. Keputusan ini diambil setelah berpikir panjang dan berdiskusi dengan keluarganya, meskipun tur konser di Amerika Serikat menjadi pengalaman yang berharga dan membahagiakan baginya.
Dampak keputusan ini terhadap kariernya
Setelah meninggalkan grup, Sunmi diterima di Universitas Dongguk jurusan teater dan film pada 2010. Walaupun fokus pada pendidikan, ia tidak sepenuhnya meninggalkan dunia musik. JYP Entertainment menyatakan bahwa "Sunmi tetap berada di perusahaan dan terus mengasah bakat musikalnya". Mereka juga mendukung Sunmi dalam semua upayanya dan memungkinkannya untuk berlatih serta mengambil pelajaran tari dan menyanyi meskipun ia tidak lagi bekerja sebagai anggota Wonder Girls.
Namun, pada saat itu JYP Entertainment juga menegaskan bahwa "tidak ada rencana bagi Sunmi untuk kembali dan comeback sebagai anggota Wonder Girls". Meskipun demikian, Sunmi tetap memanfaatkan waktu hiatusnya dengan baik. "Saya berlatih vokal banyak dan mempelajari berbagai keterampilan menari juga," dan "Saya juga menerima pelajaran akting, bahasa Jepang, bahasa Inggris, dan lainnya dari pagi hingga malam," ungkapnya.
Selama hiatus, Sunmi menyadari betapa ia bisa bahagia tetapi juga pada saat yang sama iri dengan anggota Wonder Girls lainnya yang terus tampil dan aktif di dunia K-pop. Ia juga mengakui bahwa dunia K-pop telah banyak berubah selama masa hiatusnya, dengan banyaknya grup idol baru yang debut.
Akhirnya, setelah lebih dari tiga tahun meninggalkan grup untuk mengejar studi akademik, Sunmi kembali ke industri musik sebagai solois pada 2013 dengan debut EP-nya yang sukses, termasuk hit pertamanya, "24 Hours," dan lagu utama, "Full Moon". Keputusan untuk hiatus ternyata menjadi titik balik yang menentukan dalam kariernya, mengantarkannya menjadi salah satu solois K-pop paling sukses saat ini.
Kembalinya Sunmi dan Debut Solo
Setelah tiga tahun vakum dari industri musik, Agustus 2013 menandai babak baru dalam perjalanan karier Sunmi. JYP Entertainment mengumumkan kabar mengejutkan bahwa mantan anggota Wonder Girls ini akan kembali ke panggung hiburan sebagai penyanyi solo. Keputusan ini menuai perhatian besar dari penggemar yang telah lama menantikan kehadirannya kembali di industri K-pop.
Debut dengan '24 Hours'
Pada 11 Agustus 2013, JYP Entertainment resmi mengumumkan Sunmi akan melakukan debut solo dengan single bertajuk "24 Hours". Park Jin-young, CEO JYP Entertainment, secara pribadi terlibat dalam proses produksi ini—mengawasi segala aspek mulai dari koreografi, kostum, video musik, hingga lagu. Keterlibatan langsung Park Jin-young menunjukkan betapa agensi tersebut memberikan dukungan penuh terhadap debut solo Sunmi.
Pada 20 Agustus 2013, video musik "24 Hours" dirilis, diikuti dengan penampilan debut televisi pada 22 Agustus di acara musik populer M! Countdown. Penampilan perdananya ini langsung mencuri perhatian penggemar dan kritikus musik berkat konsep dan koreografi yang segar. Single digital "24 Hours" akhirnya dirilis pada 26 Agustus 2013.
Kesuksesan Sunmi sebagai solois terbukti dengan capaian lagu "24 Hours" yang berhasil meraih all-kill di berbagai tangga lagu musik Korea. Lagu ini menduduki posisi kedua di Gaon Digital Chart dan posisi ketiga di Billboard Korea K-Pop Hot 100. Pencapaian ini menunjukkan bahwa keputusan Sunmi untuk kembali sebagai solois adalah langkah yang tepat.
Album mini 'Full Moon' dan respon publik
Menyusul kesuksesan single debutnya, pada 31 Januari 2014, JYP Entertainment mengumumkan bahwa Sunmi akan kembali dengan merilis extended play pertamanya pada Februari. Pada 6 Februari, Sunmi memperkenalkan mini album pertamanya yang berjudul "Full Moon".
Mini album "Full Moon" dirilis pada 17 Februari 2014 dengan lagu utama berjudul sama yang menampilkan Lena Park. Album ini berisi total tujuh lagu, termasuk single debut "24 Hours". Menariknya, album ini juga menampilkan kolaborasi dengan rekan-rekan Sunmi: Yubin dari Wonder Girls di lagu "Who Am I", Jackson dari GOT7 di lagu "Frozen in Time", dan trainee JYP Lena Park di lagu utama "Full Moon".
Lagu "Full Moon" mendapat sambutan luar biasa dari publik, berhasil mencapai posisi kedua di Gaon Digital Chart dan posisi ketiga di Billboard Korea K-pop Hot 100. Kritikus musik memuji album ini karena inovasinya, dengan Sunmi disebut berhasil membawakan konsep "seksi" dengan cara yang elegan dan berkelas.
Konsep vampire yang diusung dalam album ini menuai banyak pujian dari penggemar dan pendengar lainnya. Seorang kritikus mencatat, "Meskipun lagunya terdengar cukup pop di beberapa bagian, saya menemukan lagu ini terdengar cukup menyeramkan. Suara seraknya cocok dengan lagu dan meskipun dia tidak dikenal karena vokalnya, dia berhasil membawakan lagu dengan sangat baik".
"Full Moon" dianggap sebagai langkah berani dalam karier solo Sunmi, memperlihatkan pertumbuhan artistiknya. Park Jin Young berperan penting dalam proses ini, memberikan dukungan kepada Sunmi untuk mengembangkan suaranya sendiri sebagai artis solo. Seperti yang diungkapkan Sunmi, "Saya adalah seseorang yang membuat musik untuk masyarakat umum, jadi saya percaya saya tidak boleh menjauhkan diri dari mereka. Saya tipe yang banyak memikirkan daya tarik populer. Saya percaya pada akhirnya kriteria di balik 'daya tarik populer' adalah seberapa banyak orang dapat terhubung".
Melalui debut solonya yang sukses, Sunmi berhasil membuktikan keyakinan dan kepercayaan dirinya. "Saya tahu apa yang harus saya lakukan di tahap berikutnya. Saya tipe yang perlu menyelesaikan apa yang saya mulai, jadi bisa dikatakan kepercayaan diri saya berasal dari sifat kepribadian itu".
Transformasi Gaya dan Citra: Sunmi Sexy dan Retro
Sejak memulai perjalanan solonya, penampilan dan citra Sunmi telah mengalami metamorfosis menakjubkan. Dari anggota girlband remaja hingga menjadi solois dewasa, evolusi gayanya menjadi ciri khas yang membedakannya dari artis K-pop lainnya.
Evolusi gaya panggung dan visual
Awal debutnya sebagai solois menandai kelahiran identitas visual baru yang lebih matang. Menariknya, gaya Sunmi dalam video musik "24 Hours" dan "Full Moon" mulai menunjukkan sisi sensualitasnya yang elegan. Namun, transformasi terbesar terjadi setelah merilis "Gashina" pada 2017—titik balik yang memperkenalkan estetika yang lebih berani dan eksperimental.
Perjalanan visual Sunmi terus berkembang melalui berbagai konsep. Dalam "TAIL", ia menampilkan sosok wanita kucing yang berbahaya, dengan pakaian yang berubah dari blus putih kasual dan rok pensil hitam menjadi beragam leotard, salah satunya terinspirasi dari catsuit kulit hitam ikonik dalam film "Catwoman". Tidak hanya itu, koreografi dalam video tersebut secara eksplisit menggambarkan sensualitas yang menggoda namun tetap artistik.
Pada album "1/6", Sunmi mengadopsi konsep "teen high" dengan nuansa retro tahun 90-an dan 2000-an. Ia menampilkan rambut pirang, dengan bando dan gaun merah muda terang, serta aksesoris yang mengingatkan pada tren fashion populer 90-an seperti gelang, jepit rambut besar, cincin tebal, dan aksesori manik-manik. Sementara itu, untuk "Heart Burn", Sunmi tampil dengan gaun turquoise mengalir dan rambut merah panjang bergelombang, melengkapi penampilannya dengan makeup yang memberikan kesan demam, termasuk perona pipi yang ditonjolkan dan bintik-bintik palsu.
Gaya busana Sunmi dikenal multifaset dan terus berevolusi. Seperti yang ia ungkapkan sendiri, "Saya suka mencocokkan item-item yang kontras. Misalnya, gaun chiffon dengan nuansa feminin dan sepasang walker atau sepatu bot yang tebal dan berani. Gaya Y2K (awal 2000-an) juga menarik akhir-akhir ini".
Julukan Ratu Konsep Retro Seksi
Julukan "Ratu Konsep Retro Seksi" tidak datang dengan sendirinya—Sunmi memenangkannya melalui konsistensi dan keberaniannya mengeksplorasi estetika retro dengan sentuhan sensual yang khas. Bahkan sebuah pemotretan khusus pernah menggunakan judul "retro-sexy" untuk menggambarkan konsep yang dibawakan Sunmi.
Konsep retro Sunmi berakar dari masa-masanya bersama Wonder Girls. Produser J.Y. Park mendorong Sunmi dan anggota lainnya untuk "memperluas pemahaman mereka tentang gaya musik berbeda dari era berbeda" dengan fokus khusus pada konsep retro dan artis Motown, yang akhirnya ia sukai. Oleh karena itu, elemen retro menjadi bagian integral dari identitas musiknya.
"Sunmi-pop"—istilah yang pertama kali disebutkan oleh Sunmi sendiri di acara You Hee-yeol's Sketchbook pada awal 2018—kemudian menjadi terminologi yang menggambarkan gaya musiknya yang unik. Meskipun tidak terbatas pada satu gaya musik atau genre, electro-pop dan elemen retro sering dikaitkan dengan lagu-lagu Sunmi. Gaya "Sunmi-pop" mempertahankan pengaruh inti K-pop seperti pop, disko, rock, musik tradisional Korea plus elemen retro dan city pop yang dicampur dengan identitas musik Sunmi sendiri.
Karakteristik utama "Sunmi-pop" ditentukan oleh emosi yang disampaikan dan diprovokasi dalam pendengar. Menurut Sunmi sendiri: "selalu ada emosi sedih yang sedikit meresapi [musik saya] tidak peduli seberapa menggairahkan saya menyanyikan lagu tersebut" dan "itu energik dan bahagia tetapi dengan sentuhan kesedihan".
Perpaduan konsep sexy dan retro yang diusung Sunmi membuktikan bahwa ia bukan sekadar mengikuti tren, tetapi menciptakan tren sendiri yang kemudian diikuti oleh banyak solois K-pop generasi baru. Evolusi gayanya yang terus berubah namun tetap mempertahankan esensi "Sunmi-pop" membuktikan bahwa ia adalah seniman sejati yang terus berinovasi dalam perjalanan kariernya.
Lagu-Lagu Hits dan Kolaborasi Ikonik
Karier solo Sunmi mencapai puncak kesuksesan dengan serangkaian lagu hit yang mendefinisikan identitas musikalnya. Karya-karyanya tidak hanya berhasil secara komersial tetapi juga memperkuat posisinya sebagai salah satu solois terkemuka di industri K-pop.
Gashina, Heroine, Siren, dan lainnya
Titik balik terbesar dalam karier solo Sunmi terjadi pada Agustus 2017 dengan perilisan "Gashina" yang diproduksi oleh Teddy Park dari The Black Label. Lagu ini menjadi single nomor satu pertamanya di Korea Selatan dan meraih lebih dari 2.500.000 unduhan digital di negara tersebut. Billboard bahkan menamakannya sebagai Lagu K-pop Terbaik Ketiga tahun 2017.
Menyusul kesuksesan "Gashina", Sunmi kembali dengan single "Heroine" pada 18 Januari 2018. Ia menggambarkan lagu ini sebagai prekuel dari "Gashina". "Heroine" mencapai posisi kedua di Gaon Digital Chart dan terjual sebanyak 2.000 kopi di Amerika Serikat.
Pada 4 September 2018, Sunmi merilis EP keduanya berjudul "Warning" dengan lagu utama "Siren". Menariknya, "Siren" sebenarnya dipersiapkan untuk Wonder Girls sekitar dua atau tiga tahun sebelumnya, namun akhirnya tidak dirilis karena dianggap "tidak akan terdengar sebagus jika diaransemen untuk band". Lagu ini meraih all-kill sempurna di enam tangga lagu lokal dan memuncaki Gaon Digital Chart selama dua minggu berturut-turut.
Selain itu, album "Warning" sendiri dinobatkan sebagai album K-pop terbaik ketiga tahun 2018 oleh Billboard dan Bravo, sementara lagu "Addict" yang termasuk dalam album tersebut dinobatkan sebagai b-side K-pop terbaik kedelapan tahun itu oleh MTV.
Kolaborasi dengan J.Y. Park dan musisi lain
Pada 12 Agustus 2020, Sunmi berkolaborasi dengan J.Y. Park dalam lagu duet berjudul "When We Disco". Kolaborasi ini menunjukkan bahwa Sunmi masih memiliki hubungan baik dengan mantan labelnya. Bahkan, dari wawancara sebelumnya terungkap bahwa J.Y. Park secara pribadi mengucapkan selamat kepada Sunmi atas kesuksesannya setelah ia meninggalkan label.
"When We Disco" dengan cepat memuncaki tangga lagu real-time Naver Music dan Genie Music. Video musiknya meraih 2,32 juta tayangan dalam 24 jam, memecahkan rekor baru untuk J.Y. Park, dan mencapai 10 juta tayangan hanya dalam waktu 4 hari 22 jam. Lagu ini juga menduduki posisi ketiga di Gaon Chart.
Pada Maret 2023, Sunmi berkolaborasi dengan rapper BE'O dalam single "Lights Out" sebagai bagian dari "BILLION MUSIC PROJECT VOL. 1". Lagu ini mengusung genre retro funky dengan nuansa tahun 80-an dan 90-an. Liriknya menyampaikan perasaan kosong yang muncul setelah lampu panggung yang gemerlapan dimatikan, memberikan kenyamanan bagi mereka yang mengalami perasaan serupa.
Tur Dunia dan Album Perayaan 10 Tahun
Tur 'Warning' dan dampaknya
Prestasi bersejarah terjadi ketika Sunmi menjadi penyanyi solo wanita Korea pertama yang berhasil menggelar tur dunia. Dimulai pada Februari 2019, tur bertajuk 'Warning' ini—dinamai sesuai dengan EP keduanya—membawa Sunmi tampil di 18 kota di seluruh Asia, Amerika, dan Eropa. Tiket untuk konser pembuka di Seoul pada 15 Februari 2019 terjual habis hanya dalam waktu lima detik setelah dibuka, menunjukkan popularitas luar biasa sang Ratu Konsep Retro Seksi.
Setiap venue konser memiliki sekitar 2.000 kursi dan semua tiket terjual habis. Daftar lagu yang dibawakan Sunmi selama konser berlangsung sekitar satu setengah jam, menampilkan berbagai hits termasuk "24 Hours," "Gashina," "Heroine," dan "Siren".
Menariknya, di tengah tur dunianya, Sunmi masih sempat merilis single baru berjudul "Noir" pada 4 Maret 2019. Lagu ini mengangkat tema bahaya dari terlalu serius menanggapi media sosial dan kebutuhan akan likes, komentar, serta subscribers untuk memvalidasi nilai diri seseorang.
Tur 'Warning' berakhir dengan konser encore di Seoul pada 15 Juni 2019, memberi dampak signifikan bagi citra Sunmi di kancah internasional. Seperti yang ia ungkapkan dalam wawancara dengan majalah NYLON, "Saya ingin memberi tahu orang-orang bahwa ada artis seperti ini di Korea. Bahwa kami membuat jenis musik ini, jenis pertunjukan ini, dan kami memiliki cerita-cerita ini. Itulah pemikiran yang menjadi awal saya memulai [tur ini]".
Album 'B-Side' dan makna personalnya
Setelah berhasil menyelesaikan tur dunia keduanya, Sunmi mengumumkan perilisan album LP pertamanya, 'B-Side', pada 7 November 2022. Album edisi terbatas ini dirilis pada 20 Maret 2023 untuk merayakan 10 tahun debutnya sebagai artis solo.
Abyss Company, agensi Sunmi, mengumumkan bahwa "Album LP edisi terbatas ini akan tersedia untuk pre-sale bagi anggota fanclub melalui Weverse Shop dari 11-25 November". Album 'B-Side' berisi total enam trek, termasuk "Childhood," "OneSixth," "Black Pearl," dan lainnya.
Akhirnya, salah satu trek yang paling personal dalam album ini adalah "Borderline" yang pertama kali ditampilkan selama turnya dan kemudian dirilis sebagai video khusus pada 19 Agustus 2020. Lagu ini sangat berarti bagi Sunmi karena mengandung lirik yang sangat personal tentang diagnosisnya dengan Borderline Personality Disorder. Keputusannya untuk memasukkan lagu ini dalam albumnya bahkan setelah dua tahun berlalu menunjukkan pentingnya karya tersebut bagi perjalanan musiknya.
Selama kariernya yang telah berlangsung satu dekade, Sunmi berhasil menciptakan genre "Sunmi-pop" yang khas—perpaduan unik dari electro-pop dan elemen retro yang membedakannya dari artis K-pop lainnya. Album perayaan 10 tahun ini menjadi bukti dedikasi dan konsistensinya dalam menghasilkan musik berkualitas yang mencerminkan pengalaman pribadinya.
Penghargaan dan Pengaruh di Industri K-pop
Sepanjang kariernya, Sunmi telah membuktikan dirinya sebagai salah satu kekuatan dominan dalam industri musik Korea. Prestasi dan pengaruhnya telah mengukuhkan posisinya di panggung K-pop, tidak hanya sebagai penyanyi tetapi juga sebagai ikon yang menginspirasi.
Penghargaan nasional dan internasional
Koleksi penghargaan Sunmi menunjukkan pengakuan luas atas kontribusinya dalam dunia musik. Pada Mnet Asian Music Awards 2014, ia memenangkan kategori Best Dance Performance-Solo berkat lagu "Full Moon". Kemudian pada 2017, ia meraih penghargaan Style in Music di ajang yang sama.
Tahun 2018 menjadi tahun emas bagi Sunmi dengan memenangkan Artist of the Year dan Best Music Award di Asia Artist Awards. Prestasi lainnya termasuk penghargaan Best Music Icon di Elle Style Awards 2018 dan Song of the Year-August untuk "Gashina" di Gaon Chart Music Awards 2018.
Pencapaian penting lainnya termasuk:
Female Solo Artist di Korean Brand of the Year Awards 2019
Peringkat 24 dalam daftar 30 selebriti paling berpengaruh di Korea Selatan menurut majalah Forbes pada 2019
Outstanding Song of the Year di Asian Pop Music Awards 2020 untuk "Pporappippam"
Pengaruh terhadap generasi solois baru
Di luar prestasi personalnya, Sunmi diakui sebagai pembuka jalan bagi artis solo wanita di industri K-pop. Dengan konsep yang berbeda dan musik yang khas, ia membantu mengubah persepsi tentang idol wanita dalam industri.
Pendekatan inovatifnya terhadap video musik dan penampilan telah memengaruhi storytelling visual dalam dunia K-pop. Banyak artis muda seperti Chungha dan Jeon Somi mengakui Sunmi sebagai inspirasi mereka.
Penciptaan genre "Sunmi-pop" menjadi bukti nyata pengaruhnya dalam musik Korea. Genre ini menggabungkan elemen pop, disko, rock, dan musik tradisional Korea, dengan sentuhan retro dan city pop. Seperti yang diungkapkan dalam sebuah wawancara, "Saya berharap banyak orang mendengarkan lagu ini sehingga mereka dapat berbagi rasa sakit dan berempati satu sama lain".
Melihat begitu banyak rookie yang mengcover lagunya, Sunmi menyadari tanggung jawabnya sebagai panutan: "Setiap kali saya menonton cover, saya berpikir artis solo wanita ini, SUNMI, harus terus berkembang dan menjadi panutan yang baik bagi teman-teman tersebut".
FAQS
Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering diajukan tentang Sunmi, yang mungkin belum terjawab di bagian sebelumnya:
Apakah Sunmi pernah mengungkapkan masalah kesehatan mental yang dialaminya?
Pada akhir 2020, Sunmi mengungkapkan bahwa sekitar tahun 2015, ia didiagnosis menderita borderline personality disorder (gangguan kepribadian ambang). Kondisi ini merupakan penyakit mental di mana penderitanya kesulitan mengatur atau menangani emosi, citra diri, dan perilaku. Berkat pengobatan dan konsumsi obat secara teratur, kondisinya membaik dan ia merasa lebih kuat. Lagu "Borderline" yang ia ciptakan bercerita tentang pengalamannya menghadapi gangguan tersebut.
Apa yang dimaksud dengan istilah "Sunmi-pop"?
"Sunmi-pop" bukanlah istilah yang dibuat Sunmi sendiri, melainkan diciptakan oleh para reporter Korea untuk menggambarkan gayanya yang unik. Meskipun Sunmi tidak tahu persis mengapa kesedihan selalu mewarnai musiknya, ia mengakui bahwa elemen kesedihan tersebut telah menciptakan genre yang disebut "Sunmi-pop". Karakteristik utamanya adalah perpaduan energik dan bahagia dengan sentuhan kesedihan.
Apa pengaruh musik terbesar bagi Sunmi?
Sunmi sangat mengagumi Prince, terutama lagu-lagunya seperti "Purple Rain" dan "When Doves Cry". Ia merasa suara Prince "menusuk telinganya" dan musiknya terasa berbeda dari artis lain. Selain itu, Sunmi juga menyukai lagu "Hearts" karya Marty Balin. Menurutnya, suara gitar dan vokal Marty sangat indah, dan mendengarkannya dengan earphone membuatnya merasa seperti berada di surga.
Apa yang membuat penampilan panggung Sunmi istimewa?
Salah satu hal yang ditunggu-tunggu penggemar adalah ketika Sunmi memainkan bass sambil bernyanyi. Dalam wawancara menjelang tur dunia keduanya, Sunmi mengungkapkan bahwa para penggemar sangat menyukai saat ia memainkan bass, dan ia selalu bersemangat melihat reaksi mereka ketika menyaksikannya bermain bass di atas panggung.
Posting Komentar